Eka Sulistya
Oleh: Eka Sulistya
(Aktivis Muslimah) 


Di tangan seorang istri yang tepat, 10 ribu bukan sekadar angka kecil yang mudah habis, melainkan simbol kebijaksanaan dan keberkahan. Islam memuliakan perempuan yang mampu mengelola harta dengan penuh amanah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkanmu ketika engkau memandangnya, menaati perintahmu selama bukan maksiat, dan menjaga dirinya serta hartamu ketika engkau tidak ada.” (HR. Ahmad). Dari hadits ini, tergambar betapa besar peran istri dalam menjaga serta mengelola rezeki yang Allah titipkan, sekecil apa pun jumlahnya.

Ketika seorang istri memiliki kesadaran bahwa setiap rupiah adalah amanah dari Allah, maka ia tidak akan memandang rezeki dengan hitungan besar atau kecil, melainkan dengan rasa syukur dan tanggung jawab. Ia tahu bahwa keberkahan bukan terletak pada jumlah, melainkan pada keikhlasan dan niat yang benar. Dari 10 ribu, ia bisa membeli bahan sederhana untuk membuat makanan yang mengenyangkan keluarganya, tanpa mengeluh atau merasa kurang. Itulah seni mengelola rezeki dengan iman dan kecerdasan hati.

Dalam pandangan Islam, seorang istri yang pandai memanfaatkan rezeki dengan bijak termasuk dalam golongan wanita sholehah. Ia menjadi sebab turunnya keberkahan di rumah tangga. Allah berfirman, “Sesungguhnya jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96). Keberkahan itu bisa datang dari hal-hal kecil mulai dari uang 10 ribu yang dikelola dengan sabar dan penuh syukur hingga bisa menumbuhkan rasa cukup dalam keluarga.

Bagi ibu-ibu muslimah, jangan pernah merasa rendah ketika hanya memegang uang sedikit. Ketahuilah, di tangan yang ikhlas dan cerdas, Allah bisa menjadikan yang sedikit menjadi cukup, bahkan berlimpah. Sebab tangan yang terampil dan hati yang penuh iman mampu mengubah kekurangan menjadi peluang, dan kesempitan menjadi jalan keluar. Inilah kekuatan seorang istri yang beriman, ia tidak hanya menjaga rumah tangga, tapi juga menjadi sumber keberkahan di dalamnya.

Maka tetaplah semangat memasak dengan penuh cinta, karena setiap adukan tanganmu di dapur adalah bentuk kasih yang bernilai ibadah. Ketika niatmu untuk menyenangkan suami dan anak-anak karena Allah, maka aroma masakanmu menjadi ladang pahala, dan setiap suapan yang mereka nikmati menjadi ladang amal jariyah bagimu. Jadilah istri dan ibu yang memasak bukan sekadar mengenyangkan perut, tapi juga menumbuhkan cinta, syukur, dan keberkahan dalam setiap hidangan.


Sering kali, keberkahan itu tidak datang dari banyaknya harta, tetapi dari cara kita memperlakukannya. Istri yang sholeha memahami bahwa uang 10 ribu bisa saja kecil bagi sebagian orang, namun bisa menjadi sarana besar untuk menjemput ridha Allah bila digunakan dengan niat yang benar. Ia tak sekadar pandai berhemat, tetapi juga bijak menata prioritas. Ia tahu kapan harus membeli, kapan menahan diri, dan bagaimana mengatur agar kebutuhan rumah tangga tetap terpenuhi tanpa melupakan sedekah dan berbagi. Sebab dalam setiap rezeki yang diterima, selalu ada hak orang lain yang harus disampaikan.

Keikhlasan seorang istri dalam mengelola keuangan keluarga menjadi wujud nyata dari sifat qana’ah yang merasa cukup dengan apa yang Allah berikan. Qana’ah bukan berarti pasrah tanpa usaha, tetapi bersyukur atas yang ada sambil tetap berikhtiar dengan sabar dan tenang. Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan dijadikan oleh Allah merasa cukup terhadap apa yang diberikan kepadanya.” (HR. Muslim). Dalam rumah tangga, sifat ini menjadi penopang ketenangan, menjauhkan suami istri dari pertengkaran karena masalah ekonomi, serta menghadirkan rasa tenteram dalam rumah yang sederhana namun penuh cinta.

Ketika seorang istri memasak dengan hati, menyusun menu dari bahan sederhana, atau menabung sedikit demi sedikit dari sisa belanja, ia sesungguhnya sedang menjalankan ibadah dalam bentuk yang lembut namun agung. Tangan yang sibuk di dapur bisa menjadi saksi amal di hadapan Allah kelak, karena dari sanalah lahir makanan yang menjadi tenaga suami untuk bekerja, dan kekuatan anak-anak untuk belajar dan beribadah. Betapa mulia peran seorang ibu yang menjaga keberkahan dari dapurnya.

Di balik senyumnya yang lelah, di balik tangan yang kerap bau bawang atau minyak, tersimpan cinta dan ketulusan yang tidak ternilai. Ia mungkin tak memiliki jabatan tinggi atau gaji besar, namun di sisi Allah, pengorbanannya dicatat sebagai amal sholeh yang terus mengalir. Sebab dalam setiap langkah kecilnya dari menyiapkan sarapan, mencuci piring, hingga mengatur keuangan rumah tangga, terselip doa yang tulus agar keluarganya selalu dalam lindungan dan rahmat Allah.

Maka wahai para istri dan ibu muslimah, jangan pernah remehkan peranmu. Engkaulah penjaga keberkahan rumah tangga. Dari tanganmu, Allah bisa menumbuhkan kecukupan, dan dari hatimu yang sabar, Allah menurunkan ketenangan. Jadikan setiap lelahmu sebagai ladang pahala. Sebab tidak ada yang sia-sia ketika semua dilakukan karena Allah.

Karena sejatinya, bukan besar kecilnya uang yang menentukan bahagia, tapi besar kecilnya rasa syukur yang menumbuhkan berkah di dalamnya.
Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama

Posting Komentar

 
Top