Oleh Fina Fadilah Siregar
(Aktivis Muslimah)
Sebanyak 15 anak SMP di Surabaya dinyatakan positif mengonsumsi narkoba. Hal itu terungkap saat Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Jawa Timur melakukan tes urine secara acak di Jalan Kunti, Kecamatan Semampir, Surabaya.
Jalan Kunti, selama ini dijuluki sebagai Kampung Narkoba di Surabaya. Di sana berjajar bedeng-bedeng kecil yang terbuat dari kayu beratapkan terpal. Tempat itu diduga kerap digunakan orang untuk transaksi narkoba hingga pesta sabu.
Kepala BNNP Jatim, Brigjen Pol Budi Mulyanto mengatakan, awalnya pihaknya melakukan penggerebekan di kawasan itu. Lalu, pihaknya melakukan tes urine di SMA dan SMP yang dekat dengan lokasi.
"Kami berada pada satu lokasi SMP dan SMA, berdekatan. Petugas kami melaksanakan kegiatan kurang lebih mengambil sampling 50 siswa dan dari hasil pengecekan urine tersebut, ditemukan 15 pelajar SMP yang positif narkoba," kata Budi. (CNN Indonesia, 14/11/2025).
Remaja kehilangan nilai keimanan dan kebahagiaan hakiki sehingga mudah terjebak narkoba. Padahal nilai keimanan dan kebahagiaan hakiki adalah unsur penting yang tidak boleh hilang baik dalam keluarga maupun pendidikan di sekolah. Keluarga adalah tempat belajar pertama agar terbentuk keimanan yang kuat dan juga sumber kebahagiaan utama bagi seorang anak. Dengan kurangnya keimanan dan kebahagiaan seorang anak, maka terjerat dalam kasus narkoba bukanlah hal yang asing.
Peredaran narkoba sangat sistemik dan merajalela, bukti pengawasan negara dan masyarakat lemah. Harusnya negara adalah pihak yang bertanggung jawab dalam hal pemberantasan narkoba ini dan dibarengi pula dengan kerja sama dengan masyarakat untuk mengawasi agar tidak terjadi peredaran narkoba.
Tapi, di negara yang menganut dalam sistem sekuler kapitalisme itu adalah hal yang mustahil. Faktanya, negara abai dalam tugas melakukan pengawasan dan pemberantasan narkoba ditambah lagi dengan aparat yang juga menjadi pengedar narkoba sehingga narkoba sangat mudah didapatkan, terlebih lagi dikalangan para pelajar. Alhasil, malapetaka bagi remajapun tak dapat dihindarkan.
Jika kampung narkoba dibiarkan, akan menjadi malapetaka bagi remaja. Salah satunya adalah Siswa SMP sudah jadi pemakai narkoba. Generasi yang seharusnya mengenyam pendidikan demi meraih masa depan yang cerah, namun akhirnya menorehkan hal yang kelam dalam hidupnya. Inilah fakta yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Generasi muda sengaja dirusak sedini mungkin demi kepentingan dan keuntungan segelintir orang dan kelompok.
Berbeda halnya dengan sistem Islam. Dalam Islam, penguatan nilai keimanan dan kebahagiaan hakiki sangat penting dalam keluarga dan dunia pendidikan. Baik orang tua, guru di sekolah dan kurikulum pendidikan harus menerapkan ajaran agama yang kuat dalam diri anak, sehingga anak tidak mudah terjerat dalam narkoba yang akhirnya merusak anak bangsa sebagai penentu arah kemajuan bangsa.
Dalam hal ini, negara wajib melindungi remaja dari bahaya narkoba dan segala hal yang membahayakan generasi. Dimulai dari upaya penguatan ilmu agama dalam diri setiap individu, penerapan kurikulum yang berbasis Islami untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan para siswa, serta membatasi segala akses untuk masuknya narkoba ke berbagai wilayah.
Islam juga tidak membiarkan kemungkaran merajalela. Sebab, bila itu terjadi, maka azab Allah akan datang.
Oleh sebab itu, hanya Islamlah satu-satunya solusi untuk mencegah kemungkaran tersebut dengan menerapkan aturan IsIam secara kaffah dalam semua lini kehidupan.
Wallahu a'lam bish showaab.

Posting Komentar