Ibu dan Bayi Meninggal Akibat Bobroknya Pelayanan Kesehatan

Oleh Fina Fadilah Siregar 

(Aktivis Muslimah) 


Gubernur Papua, Matius Derek Fakhiri, menyampaikan permohonan maaf mendalam kepada keluarga Irene Sokoy, ibu hamil yang meninggal bersama bayi yang dikandungnya setelah ditolak empat rumah sakit di Kabupaten dan Kota Jayapura.


Ia menyebut tragedi tersebut sebagai bukti kebobrokan layanan kesehatan di Papua dan berjanji melakukan evaluasi total.


"Saya mohon maaf atas kebodohan jajaran pemerintah dari atas sampai bawah. Ini contoh kebobrokan pelayanan kesehatan di Papua,” kata Fakhiri usai mendatangi rumah keluarga Irene di Kampung Hobong, Distrik Sentani. (Kompas, 22/11/2025).


Ia mengakui banyak fasilitas kesehatan di Papua tidak dikelola dengan baik, termasuk peralatan medis yang rusak.

Dari data yang dihimpun Kompas, Irene Sokoy meninggal pada Senin (17/11/2025) pukul 05.00 WIT setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan dari RSUD Yowari, RS Dian Harapan, RSUD Abepura hingga RS Bhayangkara tanpa mendapatkan penanganan memadai.


Penolakan rumah sakit terhadap pasien bukti bobroknya sistem pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang seharusnya didapatkan rakyat secara gratis, namun kenyataannya sangat sulit didapatkan saat ini. Apalagi untuk ibu dan bayinya, ini adalah hal yang vital yang membutuhkan penanganan segera. 


Semua ini terjadi akibat sistem sekuler kapitalis.  Sistem ini menjadikan motif pelayanan kesehatan sebagai motif bisnis materialistik. Masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan harus membayar terlebih dahulu untuk dapat dilayani. Jika tidak, maka akan diabaikan dan dialihkan ke rumah sakit lain. Di rumah sakit lainpun tetap mendapatkan perlakuan yang sama, yakni tidak dilayani sebagaimana layaknya seorang pasien.

 

Inilah yang terjadi dalam sistem pemerintahan kapitalisme. Pelayanan kesehatan yang harusnya didapatkan mayarakat secara gratis, namun tidak didapatkan dan negara lepas tanggung jawab terhadap hal tersebut. Pelayanan kesehatan malah dijadikan ladang bisnis yang menguntungkan segelintir orang dan mengorbankan rakyat banyak. Akibatnya, ibu dan bayinyapun menjadi korban, meninggal karena tak mendapatkan pelayanan. Inilah bukti bobroknya pelayanan kesehatan di negeri ini. 


Berbeda halnya dengan sistem Islam. Dalam Islam, pelayanan kesehatan adalah tanggung jawab negara, mengabaikannya termasuk kezaliman. Semua rakyat berhak mendapat pelayanan kesehatan gratis, akses mudah dan berkualitas. Perhatian Khilafah Islam sepanjang peradaban Islam diterapkan dalam mewujudkan sistem pelayanan kesehatan. 


Adapun sistem pelayanan kesehatan yang diberikan dalam masa Khilafah mencakup 3 aspek, diantaranya sebagai berikut. 


Pertama, pembudayaan hidup sehat. Rasulullah saw. banyak memberikan contoh kebiasaan sehari-hari untuk mencegah penyakit. Misalnya: menekankan kebersihan, makan setelah lapar dan berhenti sebelum kenyang, lebih banyak makan buah (saat itu buah paling tersedia di Madinah adalah rutab atau kurma segar), mengisi perut dengan sepertiga makanan, sepertiga air dan sepertiga udara, kebiasaan puasa Senin-Kamis, mengkonsumsi madu, susu kambing atau habatussaudah, dan sebagainya.


Para tenaga kesehatannya juga orang-orang yang profesional dan memiliki integritas. Bukan orang-orang dengan pendidikan asal-asalan serta bermental pedagang.

Kedua, pemajuan ilmu dan teknologi kesehatan. 


Rasulullah SAW juga menunjukkan persetujuannya pada beberapa teknik pengobatan yang dikenal saat itu, seperti bekam atau meminumkan air kencing unta pada sekelompok orang Badui yang menderita demam.  Beliau juga menjadikan seorang dokter yang dihadiahkan oleh Raja Mesir kepada dirinya sebagai dokter publik.  Dokter tersebut tentu masih non-muslim saat belajar medis.  Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Antum a’lamu bi umuri dunyakum. 

Artinya: Kalian lebih tahu urusan dunia kalian).” 


Hadist ini, sekalipun munculnya terkait dengan teknik penyerbukan di dunia pertanian, dipahami oleh generasi Muslim terdahulu juga berlaku untuk teknik pengobatan.  Itulah latar belakang sehingga dalam beberapa abad kaum muslim benar-benar memimpin dunia di bidang kedokteran, baik secara preventif maupun kuratif, baik diteknologinya maupun manajemennya.


Ketiga, penyediaan infrastruktur dan  fasilitas kesehatan. Pada kurun abad 9-10 M, Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi membangun sistem pengelolaan sampah perkotaan yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang yang di perkotaan padat penduduk akan berakibat kota yang kumuh.  Kebersihan kota menjadi salah satu modal sehat selain kesadaran sehat karena pendidikan.

Ini adalah sisi hulu untuk mencegah penyakit sehingga beban sisi hilir dalam pengobatan jauh lebih ringan.  Meski demikian, negara membangun rumah sakit di hampir semua kota di Daulah Khilafah.  Ini adalah rumah-rumah sakit dalam pengertian modern.  Rumah sakit ini dibuat untuk mempercepat penyembuhan pasien di bawah pengawasan staf yang terlatih serta untuk mencegah penularan kepada masyarakat.


Oleh sebab itu, jelas hanya Islamlah satu-satunya solusi untuk berbagai macam persoalan, termasuk mengenai masalah kesehatan. Sistem Islam yang hakiki hanya dapat kita rasakan apabila Daulah Khilafah Islamiyyah berdiri ditengah-tengah umat sebagai sebuah negara. 

Wallahu a'lam bishshowaab.

Posting Komentar

 
Top