Lia Ummu Thoriq
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)*
Berbagai studi menunjukkan bahwa kaum muda dengan sumber daya finansial terbatas—terutama laki-laki—paling sering menjadi target iklan berisiko, seperti pinjaman cepat, investasi kripto, hingga judi daring di platform seperti Tiktok dan Instagram. Penelitian di Spanyol menemukan bahwa anak muda kelas bawah menerima hampir dua kali lebih banyak iklan produk keuangan berisiko dibandingkan rekan mereka dari kelas atas. Sebaliknya, kaum muda dari kelas sosial ekonomi lebih tinggi justru lebih sering melihat iklan perjalanan dan rekreasi.
Algoritma platform media sosial mampu menyimpulkan status sosial ekonomi pengguna dari jejak digital mereka, termasuk alamat dan perilaku daring, lalu menampilkan iklan yang sesuai dengan kerentanan mereka. Karena anak muda dari keluarga kurang mampu memiliki keinginan kuat untuk mobilitas sosial, mereka menjadi sasaran utama iklan yang menjanjikan penghasilan cepat, tetapi berisiko tinggi.
Kaum muda dengan sumber daya keuangan yang lebih terbatas, terutama anak laki-laki, menjadi pihak yang paling terpapar algoritma iklan tentang cara menghasilkan uang dengan mudah, tetapi penuh risiko, seperti pinjaman dan judi daring. Sementara itu, jenis iklan yang sering muncul untuk kaum muda kelas atas adalah yang terkait perjalanan dan rekreasi. (Kompas.id, 05/12/2025)
Ekonomi bangsa kita sedang ambruk. Hal ini berimbas kepada generasi muda. Pengangguran didominasi oleh anak muda. Mereka yang punya idealisme tinggi, harus gigit jari kerena lapangan pekerjaan tak sebanding dengan jumlah pelamar pekerjaan. Bahkan fresh graduate pun tak menjamin kemapanan. Lulusan S1 dan S2 banyak yang menjadi pengganguran. Inilah kondisi negara kita yang sedang tidak baik-baik saja.
Ditengah kondisi ekonomi yang semakin amburadul banyak generasi muda yang terjerat dalam judol dan pinjol. Himpitan ekonomi membuat anak muda mencoba keberuntungannya dengan bermain judol. Namun bukan kemenangan yang diraih namun kerugian besar yang didapat. Namun hal ini tak membuat generasi muda kapok untuk bermain judol mereka justru penasaran dengan permainan ini.
Ketika generasi muda kalah judol yang mengakibatkan hutang semakin menggunung. Mereka lari ke pinjol. Pinjol bak malaikat yang akan menyelamatkan mereka. Namun hal ini bukan menjadi solusi. Jeratan pinjol semakin membahayakan, bahkan susah untuk keluar dari jeratan ini. Pinjol dan judol menjerat generasi muda dan susah keluar darinya.
Ruang digital yang dikuasai logika Kapitalisme menjadikan platform (lewat algoritmanya) berfokus pada kebiasaan, bukan keselamatan pengguna, semata-mata demi mendapatkan keuntungan dan menjadikan generasi sebagai pasar. Inilah watak kapitalisme sebenarnya, tidak peduli dengan kerusakan mental generasi yang dikejar cuan dan cuan lagi. Mental generasi hari ini rusak akibat permainkan algoritma kapitalisme.
*Lemahnya Peran Negara dalam Melindungi Generasi*
Inilah kondisi generasi muda hari ini. Negara gagal melindungi generasi. Nilai-nilai sekuler dan materialis dalam sistem pendidikan dan lingkungan masyarakat membuat generasi rentan pada tindakan spekulatif dan berisiko.
Fenomena remaja terjerat judol dan pinjol makin mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan lemahnya pengawasan dan literasi generasi muda. Akibatnya mereka dalam jeratan judol dan pinjol. Ada ironi dan aroma kegagalan dari negara, ketika mendengar fenomena generasi muda terjerat judol dan pinjol.
Jeratan Judol dan pinjol di kalangan generasi muda menunjukkan ancaman generasi masa depan berapa dalam genggaman mereka sendiri. Negara harus untuk melindungi generasi suatu kebutuhan yang tidak bisa di tawar-tawar lagi. Hal ini menjadi alarm untuk pemerintah agar segera bertindak. Pemerintah harus berusaha keras untuk membasmi penyakit masyarakat ini. Tidak cukup hanya menangkap pemain atau operator judol dan pinjol kelas teri, namun harus membasmi dari akarnya yaitu bandar-bandar judi besar.
Inilah PR besar penguasa negeri ini. Sistem Kapitalisme-sekuler telah mendarah, sistem ini telah menjadi tolak ukur perbuatan. Tanpa mempertimbangkan halal-haram dan baik-buruk. Hal inilah yang melatarbelakangi judol dan pinjol sulit di berantas di negeri ini. Karena judol dan pinjol memberikan keuntungan bagi sebagian orang.
*Sistem Islam Menjaga Generasi*
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan" (QS. Al Maidah; 90)
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila" (QS. Al Baqarah: 275)
Ayat di atas menjelaskan tentang haramnya judi dan riba. Sebagai kaum muslimin jelas kita tidak boleh melakukan kedua perbuatan tersebut. Kerena keharamannya maka negara akan menutup akses dan situs judol dan pinjol, memberi sanksi tegas bagi pelaku.
Selain itu akan didukung oleh sistem pendidikan yang berkualitas. Sistem pendidikan dalam Islam menjadikan aqidah Islam sebagai dasar. Selain itu aqidah Islam juga memberikan bekal kepada peserta didik untuk menyiapkan anak mukallaf pada saat sudah baligh. Pendidikan ini menjadi tanggung jawab semua pihak yaitu, keluarga, masyarakat dan negara. Negara yang bertanggung jawab menyusul kurikulum pendidikan dalam semua level. Pendidikan dalam keluarga negara juga memiliki kurikulumnya. Hal ini untuk satu tujuan yaitu untuk mewujudkan generasi berkepribadian Islam.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT, “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras.” (QS. At-Tahrim: 6)
Ayat di atas menjadi pelajaran bagi kita sebagai orang tua agar menjaga anak kita dari api neraka. Salah satu usaha yang kita lakukan sebagai orang tua untuk menjaga anak kita dari api neraka adalah penanaman agama yg kuat. Orang tua mempunyai peranan yang penting dan tanggung jawab dalam pendidikan agama kepada anak-anaknya.
Selain sistem pendidikan dan orang tua, peran masyarakat juga diperlukan untuk pendidikan generasi. Masyarakat tempat generasi bertumbuh dan berkembang. Masyarakat harus menjadi tempat yang aman untuk generasi bertumbuh dan berkembang. Dengan demikian peran masyarakat Islam sangat diperlukan untuk mencetak generasi unggul. Peran dalam menjaga dan mencetak generasi unggul adalah kontrol dan amar makruf nahi mungkar. Demikianlah cara sistem Islam dalam mencetak generasi dan membentengi generasi dari gempuran judol dan pinjol.
Generasi Muslim harus memahami identitasnya sebagai Muslim dan sebagai pembangun peradaban melalui pembinaan Islam dan aktivitas dakwah bersama kelompok dakwah Islam ideologis. Generasi muslim harus berada di garda terdepan dalam menyelamatkan generasi dari sistem Kapitalisme-sekuler sekuler. Generasi muslim harus melakukan aktivitas dakwah dan amar makruf nahi mungkar agar kemaksiatan tak semakin menyebar.

Posting Komentar