Lia Ummu Thoriq
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)*
Akhir Oktober 2025 di media sosial Threads diramaikan dengan pembahasan generasi muda sekarang yang lebih takut miskin daripada takut menikah. Unggahan ini viral hingga disukai lebih dari 12.500 kali dan ditayangkan ulang oleh lebih dari 207.000 pengguna lainnya. Dengan kata lain mereka yang menyukai unggahan tersebut setuju dengan pendapat si pemilik akun. (Kompas...com, 22/11/2025)
Berbeda generasi, berbeda juga tantangannya. Tantangan yang berbeda inilah yang akan melahirkan cara pandang yang berbeda pula. Salah satunya cara pandang terhadap pernikahan. Zaman dulu anak muda menempatkan pernikahan sebagai tonggak kedewasaan yang harus dicapai. Bahkan mereka yang sudah mencapai umur 30-an, namun belum menikah kerap dikaitkan dengan "keterlambatan" melepas masa lajang. Terlebih bagi perempuan, julukan "perawan tua" disandingkan bagi mereka yang tak kunjung menemukan jodohnya.
Namun hari ini tampaknya pandangan tersebut mengalami pergeseran. Salah satunya bisa kita dari sebuah fenomena yang belakangan ini sedang hangat diperbincangkan di sosial media, yakni mengenai generasi muda yang takut menikah. Salah satu ketakutan menikah karena mereka tidak siap hidup miskin. Mereka tidak siap hidup miskin. Namun pertanyaannya, apa yang melatarbelakangi fenomena ini?
Pertama, marriage is scary. Istilah ini menggambarkan pernikahan sebagai sesuatu yang rumit dan menakutkan. Ungkapan 'marriage is scary' mencerminkan perasaan takut atau ragu terkait dengan berbagai aspek pernikahan. Narasi "marriage is scary semakin memperkuat ketakutan akan pernikahan.
Pernikahan dipandang sebagai beban, bukan sebagai ibadah dan melanjutkan keturunan. Status singge berubah menjadi seorang istri, menurut generasi muda hari ini sebagai beban. Status baru sebagai istri memberikan konsekuensi tambahan tugas yang amat berat yaitu mengurus rumah tangga. Bayang-bayang inilah yang menghantui generasi muda saat ini sehingga ada ketakutan untuk menikah.
Padahal salah satu tujuan pernikahan adalah melanjutkan keturunan. Bagi generasi muda hari ini menganggap anak adalah beban. Mereka tidak mau diributkan dengan urusan pendidikan dan pengurusan anak. Bagaimana nasib bangsa kita kedepan jika hari ini generasi muda takut untuk menikah? Lost generasi akan terjadi di negeri ini jika generasi muda takut untuk menikah. Jepang salah satu negara yang terjadi lost generasi, salah satu penyebabnya generasi muda di jepang tidak mau menikah. Karena menurut mereka menikah adalah beban dan seperti hantu yang menakutkan.
Kedua, Hedonis-matrealis, pandangan yang menyandarkan bahwa kesenangan dan kepuasan materi adalah segalanya. Pandangan ini bersumber dari sistem kapitalisme-sekuler llPenganut faham ini cenderung pada kesenangan sesaat. Orang dengan gaya hidup hedonis-matrealis akan mengutamakan aktifitas kesenangan seperti menghabiskan waktu di cafe, mall dan tempat nongkrong. Mereka tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki dan selalu mencari cara untuk mendapatkan kesenangan yang lebih tinggi.
Hedonis-matrealis memberikan dampak yang signifikan yaitu memicu hutang dan depresi. Mengapa hal ini bisa terjadi? karena penganut faham ini akan mencari banyak cara untuk memenuhi keinginannya. Keuangan pelaku hedonisme cenderung tidak sehat, maka mereka rela berhutang untuk hal-hal konsumtif. Wajar jika generasi muda saat ini yang sudah terpengaruh faham hedonis-matrealis membuat mereka takut untuk menikah. Karena dengan menikah mereka tidak bisa menyalurkan hobinya untuk bersenang-senang dan menumpuk materi.
Ketiga, Takut miskin. Perasaan takut miskin ini membayangi generasi muda ketika dia menikah. Mereka lebih takut miskin dan tuakit untuk menikah. Penyebab perasaan takut miskin bersumber dari sistem kapitalisme. Hari ini biaya hidup semakin tinggi, pekerjaan semakin sulit, biaya hunian yang tak murah dan upah atau gaji semakin rendah. Generasi muda menilai kestabilan ekonomi lebih penting dari pada menikah.
Keempat, Nihilnya peran Negara. Negara hanya sebagai sebagai regulator cenderung lepas tangan dalam menjamin kesejahteraan rakyat sehingga beban hidup dipikul individu. Perekonomian negara kita yang carut marut membuat generasi muda takut untuk menikah. Terlebih hari ini angka pengangguran yang menimpa generasi muda sangat tinggi. Disitu sisi negara tidak memberikan solusi terhadap hal ini.. negara berlepas tangan dengan kondisi ini. Akibatnya lonjakan generasi muda yang takut menikah dari hari ke hari semakin meninggi.
Kelima, Penerapan sistem Kapitalisme-sekuler. Ketakutan menikah tidak hanya dilatarbelakangi oleh individu dari generasi muda saja, namun ada faktor sistem yang melatarbelakanginya (sistem kapitalisme-sekuler). Sistem Kapitalisme-sekuler saat ini terlah mempengaruhi pendidikan, pergaulan sosial, dan politik ekonomi telah membuat generasi muda takut untuk menikah.
Pendidikan yang berbasis sekuler membuat agama dikesampingkan. Ajaran agama yang menganggap pernikahan adalah ibadah terjadi pergeseran, pernikahan adalah beban. karena setelah menikah ada hukum dan tangguh jawab dalam mengurus keluarga. Selain itu ekonomi kapitalisme sekuler saat ini tidak peduli dengan kondisi generasi muda. Banyak generasi muda yang takut menikah karena ketidakmapanan ekonomi. Lapangan pekerjaan bagi generasi muda yang semakin langka membuat mereka lari dari kenyataan yaitu takut menikah.
Inilah kondisi generasi anak muda hari ini. Sistem kapitalisme sekuler telah membuat generasi muda takut untuk menikah, hal ini dikarenakan luka ekonomi yang semakin parah. Generasi muda harus bangkit, jangan biarkan rasa takut menikah selalu menghantui. Butuh sistem alternatif agar generasi muda bangkit dan berani untuk memasuki jenjang pernikahan. Sistem tersebut adalah sistem Islam yang mampu mensejahterakan rakyat, dengan penerapan aturan yang Kaffah dari Allah SWT.
*Sistem Islam Mendorong Pemuda untuk Menikah*
"Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan". (HR Bukhari & Muslim)
Pernikahan tidak hanya dipandang hanya sekedar urusan pribadi atau individu semata. Namun ada tanggung jawab negara dalam pengurusan rakyatnya. Negara dengan menerapkan sistem Islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari akan menopang pernikahan, sehingga generasi muda tidak takut dengan pernikahan. Ada sejumlah mekanisme dalam sistem Islam untuk menjaga keutuhan bangunan rumah tangga. Mekanisme tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, Sistem pendidikan Islam mengantarkan pada pembinaan kepribadian Islam yang kokoh dan siap membangun keluarga samara (Sakinah, Mawaddah, Warrahmah). Dengan kepribadian Islam yang kuat, maka generasi muda tidak takut dalam merajut tali pernikahan. Mereka dengan pemahaman yang kuat dan niat yang lurus bahwa tujuan pernikahan adalah ibadah dan untuk melanjutkan keturunan yang akan mengisi peradaban bangsa. Selain itu Pendidikan berbasis aqidah membentuk generasi berkarakter, tidak terjebak hedonisme dan materialisme. Mereka justru menjadi penyelamat umat.
Kedua, Sistem pergaulan Islam menjaga hubungan antar individu tetap harmonis berlandaskan pada ketakwaan. Segala hal dikaitkan dengan aturan Allah, sehingga tidak ada rasa takut akan pernikahan. Dengan diterapkannya sistem pergaulan Islam makan akan mengokohkan pondasi keluarga sehingga ketakutan dalam membina rumah tangga enyah bagitu saja. Penguatan institusi keluarga, dengan mendorong pernikahan sebagai ibadah dan penjagaan keturunan.
Ketiga, Sistem ekonomi: Kesejahteraan keluarga dan masyarakat dijamin oleh sistem politik ekonomi Islam. Hal ini agar kepala keluarga tidak kebingungan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Demikianlah cara sistem Islam menjaga generasi muda untuk tidak takut menikah. Sistem pendidikan, pergaulan sosial dan ekonomi diterapkan secara sempurna sehingga generasi muda tidak takut dalam merajut tali pernikahan.

Posting Komentar