Oleh: Kiki Ariyanti
Populasi anak-anak di negeri ini tidaklah sedikit. Di tangan merekalah masa depan bangsa di pertaruhkan. Namun, kehidupan modern telah membelokkan pemikiran mereka. Dengan perkembangan teknologi yang canggih semua informasi bisa di akses dengan mudah dan cepat sesuai dengan keinginan kita. Dan realitanya saat ini informasi yang di dapat tidak lain adalah tentang cara menggunakan aplikasi judi online dan pinjaman online yang tidak dapat dipungkiri semakin merajalela.
Dilansir dari kompas.id (5/12/2025). Berbagai studi menunjukkan bahwa kaum muda dengan sumber daya finansial terbatas terutama laki-laki paling sering menjadi target iklan berisiko, seperti pinjaman cepat, investasi kripto, hingga judi daring di platform seperti Tiktok dan Instagram. Penelitian di Spanyol menemukan bahwa anak muda kelas bawah menerima hampir dua kali lebih banyak iklan produk keuangan berisiko dibandingkan rekan mereka dari kelas atas. Sebaliknya, kaum muda dari kelas sosial ekonomi lebih tinggi justru lebih sering melihat iklan perjalanan dan rekreasi.
Algoritma platform media sosial mampu menyimpulkan status sosial ekonomi pengguna dari jejak digital mereka, anak muda dari keluarga kurang mampu memiliki keinginan kuat untuk mobilitas sosial, mereka menjadi sasaran utama iklan yang menjanjikan penghasilan cepat, tetapi berisiko tinggi.
Dilansir dari kompas.com (28/11/2025). Riset Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) menemukan 58 persen Gen Z memanfaatkan pinjaman online (pinjol) untuk kebutuhan gaya hidup serta hiburan. Temuan itu disampaikan Ketua Program Studi Magister dan Doktor Fakultas Ekonomi Unpar, Dr Vera Intanie Dewi.
Generasi muda saat ini menjadikan hidup hedonis sebagai gaya hidup dan kebiasaan. Tujuan hidup mereka selalu ingin bersenang-senang dan mengikuti arus trend terkini. Mereka menganggap bahwa hidup hanya sekali amatlah rugi jika tidak dinikmati. Bagi generasi sekarang yang hidup di tengah derasnya arus internet, urusan keuangan tidak lagi rumit. Kemudahan ada di depan mata, hanya dengan klik di ponsel masalah keuangan bisa teratasi. Walau uang itu hasil dari meminjam online tapi mereka terpuaskan karena gaya hidup mereka terpenuhi. Namun dibalik kemudahan itu, tanpa disadari mereka sudah masuk dalam jebakan kapitalis.
Kapitalisme dan sekularisme hari ini telah menumbuh suburkan kemaksiatan. Selain pinjaman online yang marak, judi online pada generasi juga tidak dapat dipisahkan aktifitasnya dengan dunia internet. Dampaknya, terjadilah fenomena fomo di kalangan generasi. Kondisi seperti ini telah membuat generasi berlomba-lomba untuk mengejar kebahagiaan yang bersifat duniawi semata. Walaupun saat ini ekonomi sulit tetapi demi kesenangan dan mendapat pengakuan di tengah masyarakat, sistem kapitalisme sekularisme telah mendorong sebagian anak muda terjerumus pinjaman online dan judi online sebagai jalan pintas padahal ini akan menciptakan masalah baru buat mereka.
Sistem kapitalisme yang melingkupi kita saat ini, membuat masyarakat kapitalistik dan dilenakan dengan perilaku fomo. Konsumsi menjadi cara seseorang menunjukkan identitas, status sosial dan gaya hidup. Visi hidup sekuler telah menjadi pedoman dasar generasi muda. Asasnya yang liberal menjerumuskan generasi pada lingkaran hidup yang materialistis. Sehingga generasi kehilangan jati dirinya dan perannya sebagai agen perubahan bangsa.
Karenanya sistem kapitalisme telah gagal melindungi generasi. Nilai-nilai sekuler dan materialis yang diciptakan membuat generasi rentan pada tindakan spekulatif dan beresiko. Ruang digital yang dikuasai logika kapitalisme menjadikan platform (lewat algoritmanya) berfokus pada kebiasaan bukan keselamatan pengguna, semata-mata demi mendapatkan keuntungan dan menjadikan generasi sebagai pasar.
Sangat berbeda jauh dengan sistem Islam, dalam Islam makna kebahagiaan tidak diukur dengan materi. Islam menggambarkan bahwa kebahagiaan akan terwujud dengan melakukan ketaatan kepada Allah SWT. Ketaatan ini juga yang akan mendatangkan keberkahan di dalam kehidupan. Sistem Islam tidak akan memunculkan arus konsumerisme dan akan menutup praktek ribawi. Justru Islam akan menjaga dan menjauhkan masyarakat dari keharaman. Dengan sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam, generasi sejak dini dibentuk menjadi generasi yang berkepribadian Islam sehingga menyandarkan perbuatannya pada halal-haram, bukan manfaat materi. Sebab Islam memandang bahwa generasi merupakan potensi besar dan kekuatan yang dibutuhkan umat sebagai agen perubahan.
Selain itu sistem ekonomi Islam juga memiliki mekanisme untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat individu per individu, termasuk generasi. Insfratruktur digital dalam negara yang menerapkan sistem Islam dibangun di atas peradigma Islam, sehingga mampu melindungi generasi dari konten merusak, normalisasi maksiat dan kriminalitas. Oleh karena itu, generasi dapat memahami identitasnya sebagai muslim dan sebagai pembangun peradaban. Semua ini tidak bisa tegak dengan sendirinya butuh negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam semua sendi-sendi kehidupan masyarakat. Mengembalikan kembali hak pembuat hukum kepada Allah SWT. Wallahu a'lam bish shawab

Posting Komentar