Toreh Penghargaan, Serius Peran Guru Dihargai ?

Oleh : Martinah


Peralang Tahun ke-80 PGRI tahun ini menghadirkan kabar membanggakan bagi Provinsi Kalimantan Timur. Dua kepala daerah yakni Bupati Paser dan Bupati Berau dinobatkan sebagai penerima Dwija Praja Nugraha, penghargaan bergengsi dari Kemendikdasmen RI yang diberikan kepada kepala daerah berkomitmen tinggi terhadap kemajuan pendidikan. Dari 20 kepala daerah di Indonesia, hanya Paser dan Berau yang lolos mewakili Kaltim, sebuah pencapaian yang patut diapresiasi.


Di Paser, lebih dari 1.400 guru honorer diangkat menjadi PPPK melalui tiga tahap. Sementara Berau menonjol lewat kebijakan peningkatan tunjangan guru, digitalisasi pendidikan, program beasiswa, sekolah ramah anak, dan komitmen alokasi 20 persen APBD untuk pendidikan. Semua ini dipandang sebagai bukti komitmen daerah dalam memperbaiki kualitas pendidikan.


Namun, pertanyaan kritis muncul, apakah penghargaan ini benar-benar mencerminkan bahwa peran guru telah dihargai secara serius?


PB PGRI menyebut bahwa Dwija Praja Nugraha melalui 16 dimensi penilaian, verifikasi administrasi, hingga verifikasi faktual langsung di daerah. Proses ini memang terlihat ketat. Tetapi persoalan mendasarnya bukan pada seleksi penghargaan.


Jika indikator melihat kesejahteraan, kualitas, dan kondisi nyata guru di lapangan, jelas penghargaan ini belum sejalan dengan fakta. Di Berau sempat terjadi polemik pembayaran gaji bagi guru honorer nondatabase. Di banyak daerah, guru menghadapi beban kerja tinggi dengan kesejahteraan yang tidak sebanding.

Penghargaan tampak megah, namun realitas guru jauh dari sejahtera.


Jika tolok ukur keberhasilan pendidikan adalah kualitas lulusan, maka kondisi kita saat ini belum menggembirakan. Banyak guru telah bekerja keras, namun sistem pendidikan belum mendukung lahirnya generasi berkepribadian kokoh dan berprestasi.


Realita di lapangan menunjukkan maraknya pergaulan bebas dan kenakalan remaja. Belum lagi, siswa yang tidak serius menuntut ilmu, kualitas SDM yang belum mampu bersaing, fasilitas pendidikan yang tidak merata, terutama di daerah pedalaman.


Jika output pendidikan belum optimal, berarti sistemnya masih bermasalah. Ketimpangan fasilitas dan kesejahteraan guru pun belum menjadi prioritas pemerintah secara nasional.

Ironisnya, muncul "kasta guru": guru honorer, guru PPPK, guru PNS, guru kontrak, dan lainnya yang perlakuannya berbeda menurut kemampuan daerah, bukan oleh standar negara.


Dalam sistem kapitalisme, guru diposisikan sebagai pekerja, bukan pilar peradaban. Profesi guru dianggap tidak bergengsi, kalah dengan profesi yang dianggap lebih “menguntungkan secara ekonomi”. 


Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam menempatkan pendidikan sebagai hak rakyat dan menjadikan negara bertanggung jawab penuh dalam pemenuhannya. Guru berada pada posisi yang sangat mulia dalam masyarakat. Negara wajib menjamin pendidikan berkualitas untuk semua, tanpa diskriminasi.Guru mendapat penghormatan tinggi, baik moral maupun materi.


Sejarah mencatat para khalifah memberi perhatian besar kepada guru, bahkan menggaji mereka dari Baitul Mal dengan standar yang layak. Guru menjadi pembentuk generasi yang beridentitas Islam, ilmiah, dan berakhlak.


Rasulullah SAW bersabda bahwa keutamaan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan bulan dibanding seluruh bintang. Artinya, guru memiliki posisi sentral dalam membangun peradaban.


Jika sistem ini diterapkan, kita tidak perlu lagi mempertanyakan peran guru dihargai atau tidak?Karena penghargaan itu hadir secara nyata, bukan sekadar seremoni tahunan.


Pemberian penghargaan kepada Paser dan Berau patut diapresiasi sebagai langkah positif. Namun kita tidak boleh menutup mata terhadap kondisi guru dan pendidikan yang masih jauh dari ideal.


Selama kesejahteraan guru ditentukan oleh kemampuan fiskal daerah; selama pendidikan tidak menjadi poros pembangunan; selama guru diperlakukan sebagai pekerja murah; maka penghargaan hanya akan menjadi hiasan, bukan bukti nyata penghargaan terhadap guru.


Guru tidak membutuhkan panggung penghargaan.

Guru membutuhkan kesejahteraan,fasilitas,dukungan negara dan sistem pendidikan yang benar. Dan Islam telah menunjukkan bagaimana itu semuanya bisa diwujudkan.

Posting Komentar

 
Top